Senin, 15 November 2010

Membeli reksadana di Commonwealth Bank

Setelah lama vakum (lebih dari 1 tahun) tidak pernah transaksi di Commonwealth, sekitar bulan Agustus 2010 dapat telp dari Commonwealth Bank kalau kartu atmnya sudah expired. Akhirnya awal bulan Oktober datang ke Commonwealth Bank cab kelapa gading, sekalian membeli reksadana. Sudah setahun yang lalu terpaksa meredem semua reksadana berhubung ada kebutuhan yang sangat mendesak.

Beberapa alasan membeli reksadana di Commonwealth Bank :
  1. Ternyata masih diakui sebagai nasabah walaupun sudah lama tidak transaksi (lebih dari setahun.... dan saldo tinggal Rp 10 ribu )...hehehe...
  2. Dapat membeli reksadana dengan biaya yang relatif murah (minimal Rp 500 ribu untuk pembelian awal , dan bisa autoinvest minimal Rp 100 ribu/bulan) sehingga bisa kembali rutin berinvestasi dengan dana yang relatif terbatas.
  3. Bisa membeli reksadana secara online lewat internet banking, jadi gak perlu ke bank (dapat discount 50% untuk fee pembelian reksadana)
  4. Tidak ada biaya administrasi (hanya ada biaya materai Rp 6 ribu/bln untuk laporan rekening commsave) itu kalau ada saldo di rekening kita. Kalau kita pakai rekening commsave saldonya bisa nol dananya bisa dipakai untuk membeli reksadana semuanya. 
  5. Kartu ATM nya bisa di pakai di  jaringan ATM Prima dan ATM Bersama (cek saldo /penarikan tunai/transfer tidak ada biaya alias gratis)
  6. Mendaftar fasilitas internet banking gratis (tokennya juga gratis)  
Reksadana yang saya beli saat itu adalah reksadana saham Schroder Dana Istimewa, Manulife Syariah Sektoral Sektoral Amanah, dan reksadana campuran Schroder Dana Prestasi.

Minggu, 14 November 2010

Kembali berinvestasi di reksadana

Pertama kali memulai investasi reksadana pada awal bulan Pebruari 2008. Saya membeli reksadana saham Mandiri Investa Atraktif dan Fortis Infrastruktur Plus.  Semula tertarik karena mendengar cerita dengan berinvestasi di reksadana menghasilkan return yang lebih besar daripada menabung atau deposito.  Apalagi pada saat itu menurut majalah INVESTOR edisi Maret 2008 disebutkan pada tahun 2007 return yang dihasilkan reksadana saham bisa mencapai 40% - 100%. Walaupun dalam majalah INVESTOR saat itu juga sudah diingatkan akan adanya ancaman pasar global yang dipicu oleh resesi ekonomi Amerika Serikat dan gejolak pasar saham di bursa AS.
Apa yang ditulis memang akhirnya terbukti. Pada saat  saya memulai investasi  reksadana di awal Pebruari 2008,  IHSG berada di level sekitar 2700 an. Tetapi bulan-bulan berikutnya IHSG semakin meluncur turun sehingga bulan Oktober dan November 2008 IHSG berada pada level sekitar 1100. Hal ini pun membuat nilai investasi reksadana saya pun menjadi berkurang lebih dari 50%. Memang hal ini sudah saya sadari dari awal bahwa investasi di reksadana memang beresiko. Sesuai dengan prinsip investasi "high return-high risk". Dari semula juga saya berinvestasi di reksadana untuk jangka panjang.
Tetapi apa daya, berhubungan dengan kebutuhan finansial yang sangat mendesak, pada bulan Agustus dan September 2009 saya terpaksa meredem semua investasi saya di reksadana. Sehingga nilai investasi saya yang kembali sekitar 80%- 90% dari nilai awalnya. Padahal IHSG sudah mulai bangkit dari keterpurukannya.
Awal bulan Agustus 2010 saya kembali melihat perkembangan IHSG sangat menggembirakan. Hal inipun membuat saya kembali berniat berinvestasi di reksadana. Saya mulai mempelajari kembali cara-cara berinvestasi di reksadana karena semula saya tidak mengetahui strategi dalam investasi di reksadana.  Saya banyak belajar dari website portalreksadana. Terima kasih pada para master yang telah banyak membagi ilmunya di portalreksadana. Dari sinilah saya mulai mengenal bahwa untuk berinvestasi kita harus tahu tujuannya dulu, memilih reksadana yang sesuai dengan tujuan kita, strategi dalam berinvestasi , memahami fund fact sheet reksadana, memahami indikator bursa sehingga kita tahu kapan harus masuk atau keluar (switch ke reksadana yang lain), rebalancing dan diversifikasi portofolio reksadana kita, dan masih banyak lagi yang lain.
Akhirnya pada awal bulan Oktober 2010 saya kembali berinvestasi di reksadana dengan membeli reksadana saham Schroder Dana Istimewa dan Manulife Syariah Sektoral Amanah, dan reksadana campuran Schroder Dana Prestasi.